Peran Beras Fortifikasi Untuk Mencegah Stunting Di Indonesia

3 days ago By : Fanny Fadhilah Usman

Peran Beras Fortifikasi Untuk Mencegah Stunting Di Indonesia

Di balik semangat tumbuh kembang generasi muda Indonesia, tersembunyi sebuah tantangan kesehatan yang memerlukan perhatian kita semua: stunting.

Berdasarkan Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, angkanya masih berada pada 21,6%. Bayangkan, dari setiap lima anak Indonesia, setidaknya satu di antaranya mengalami kondisi gagal tumbuh ini.

Dampaknya jauh melampaui sekadar perawakan pendek; stunting mempengaruhi perkembangan kognitif, menurunkan daya tahan tubuh, dan berpotensi mengurangi produktivitas mereka di masa dewasa, yang pada akhirnya berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia bangsa.

Berbagai upaya intervensi gizi dan edukasi terus digencarkan untuk memutus mata rantai masalah ini. Dalam langkah inovatif terbaru, pemerintah mendorong sebuah strategi yang memanfaatkan makanan pokok masyarakat Indonesia.

Strategi ini dikenal dengan nama beras fortifikasi. Istilah ini semakin populer sebagai salah satu pilar dalam program penurunan stunting nasional.

Konsepnya cerdas: mengubah nasi, yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap suapan di meja makan keluarga Indonesia, menjadi medium penyalur gizi mikro yang esensial.

Lalu, bagaimana sebenarnya cara kerja beras fortifikasi? Sejauh mana keefektifannya dalam menjadi senjata andalan untuk mencegah stunting dan membangun fondasi gizi yang lebih kuat bagi anak-anak Indonesia?

Artikel ini akan mengupas tuntas peran, manfaat, dan potensi beras yang diperkaya dengan vitamin dan mineral ini dalam mewujudkan generasi Indonesia yang bebas stunting.

Apa Itu Beras Fortifikasi?

Beras fortifikasi adalah beras yang telah diberi tambahan nutrisi tertentu, seperti zat besi dan asam folat. Nutrisi yang terkandung dalam beras fortifikasi meliputi vitamin A, B1, B3, B12, B9 (asam folat), zat besi, serta zinc.

Fortifikasi merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan gizi, karena beras fortifikasi memiliki nilai gizi lebih baik dibandingkan beras biasa.

Dilansir rri.co,id, menurut Kementerian Kesehatan, tujuan dari fortifikasi beras adalah untuk meningkatkan konsumsi zat besi dan asam folat.

Harapan dari hal ini adalah dapat membantu mengurangi angka anemia pada kelompok rentan, seperti ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.

Beras dipilih sebagai bahan yang difortifikasi karena merupakan bahan pangan pokok yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia, yaitu sekitar 90%.

Selain itu, nasi dari beras ini dikonsumsi secara rutin dan bisa dihidangkan dalam berbagai macam variasi makanan. Dengan demikian, fortifikasi pangan menjadi salah satu cara yang efisien, mudah, dan terjangkau dalam memenuhi kebutuhan gizi mikro masyarakat.

Fortifikasi adalah penambahan fortifikan secara sengaja ke dalam bahan pangan yang dipilih sebagai pembawa (vehicle) yang bertujuan untuk mengatasi masalah kekurangan mikronutrien tertentu pada suatu populasi.

Tujuan utama fortifikasi adalah untuk meningkatkan status gizi masyarakat dengan cara menambahkan zat gizi yang diperlukan ke dalam bahan pangan vehicle. Fortifikasi beras direkomendasikan juga oleh WHO (2018) karena beras dikonsumsi secara luas dan teratur oleh masyarakat.

Pada beras fortifikasi, nutrisi seperti zat besi, vitamin A, seng, asam folat, dan iodium ditambahkan agar dapat membantu mencegah kekurangan gizi mikro yang berujung pada stunting.

Peran Beras Fortifikasi dalam Mencegah Stunting

Beras fortifikasi berperan penting dalam mencegah stunting karena menambahkan nutrisi pada makanan pokok yang dikonsumsi masyarakat, khususnya zat besi dan asam folat, yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal ibu hamil serta balita.

Selain itu, beras ini juga membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan fungsi otak anak. Dengan dikonsumsi secara rutin, beras fortifikasi dapat membantu memperbaiki kekurangan nutrisi mikro yang sering dialami oleh kelompok rentan, sehingga lebih efektif dalam meningkatkan kesehatan dibandingkan dengan mengonsumsi makanan mahal seperti buah dan sayur.

Beras fortifikasi menjadi solusi efektif untuk menyediakan gizi yang dibutuhkan karena diperkaya dengan mikronutrien esensia seperti zat besi, asam folat, vitamin B1, B3, B12, zinc, dan vitamin A.

Strategi Beras Fortifikasi di Indonesia

Organisasi Internasional Anak-anak (UNICEF) menyebut fortifikasi beras menjadi bagian dari rencana strategis pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) yang ditetapkan pemerintah.

Unicef menghimpun dalam RPJMN 2020-2024, targetnya adalah 100 persen penerima manfaat jaring pengaman sosial mendapatkan beras yang diperkaya nutrisi.

Namun, sampai saat ini persentase capaian masih 0 persen. Untuk periode RPJMN berikutnya, yaitu 2025-2029, target masih belum ditentukan.

Sampai saat ini, produksi beras terfortifikasi di Indonesia masih dilakukan secara sukarela dan komersial.

Dari tahun 2010 hingga 2017, Bank Pembangunan Asia (ADB) memberikan dana untuk sebuah studi tentang kelayakan, biaya, dan dampak dari pemberian beras fortifikasi melalui program Raskin (Beras untuk Masyarakat Miskin) di wilayah program.

Studi tersebut menemukan bahwa sebagian besar penerima manfaat mengonsumsi beras fortifikasi dan terjadi dampak yang signifikan terhadap penurunan anemia, khususnya pada anak sekolah.

Terdapat pula produsen beras terfortifikasi (FRK) di Indonesia yang memiliki kapasitas produksi sekitar 150-250 kg per jam. Bersama-sama, mereka mampu menghasilkan FRK yang cukup untuk menghasilkan sekitar 1,6 hingga 1,8 juta ton beras fortifikasi, yang setara dengan sekitar 5,8% dari kebutuhan beras nasional.

Meskipun Indonesia telah mewajibkan fortifikasi pada garam, tepung terigu, dan minyak goreng, fortifikasi beras yang bersifat wajib dan universal hingga saat ini masih belum dapat dijalankan.

Hal ini dikarenakan banyaknya pabrik penggilingan beras/padi skala kecil yang tidak memiliki kapasitas atau sumber daya untuk melakukan fortifikasi. Pemerintah juga belum memiliki kemampuan pengawasan untuk seluruh pabrik penggilingan skala kecil tersebut.

Oleh karena itu, pemerintah berusaha memastikan fortifikasi beras melalui program jaring pengaman sosial sebagai cara yang paling sesuai untuk menerapkan fortifikasi beras dan mencapai manfaat gizi secara optimal.

Program dan Kebijakan Beras Fortifikasi di Indonesia

Sebuah program intervensi gizi di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, menunjukkan hasil positif. Melalui pendampingan pola asuh ibu balita dan pemberian beras fortifikasi (Fortivit) dari Bulog, angka stunting dapat ditekan. Hasil yang ditemukan:

Frekuensi makan balita meningkat, dari yang sebelumnya jarang, menjadi >3 kali sehari pada 85,4% balita.

Variasi makanan membaik, ibu lebih sering menyiapkan menu bergizi beragam. Berat badan & tinggi badan naik signifikan, rata-rata bertambah 0,98 kg dan 2,9 cm dalam 3 bulan.

Ibu hamil lebih sehat dan mengalami kenaikan berat badan, kasus Kekurangan Energi Kronis (KEK) turun drastis.

Solusi dan Strategi Penguatan Program Beras Fortifikasi

Stunting bukan hanya soal tinggi badan tetapi juga soal masa depan generasi. Anak yang stunting lebih berisiko mengalami gangguan kecerdasan, penurunan produktivitas hingga masalah kesehatan jangka panjang.

Beras fortifikasi bukanlah satu-satunya solusi, tapi bisa menjadi salah satu alat paling praktis dan efektif dalam melawan masalah gizi kronis di Indonesia.

Beras fortifikasi, bila dipadukan dengan pola asuh gizi yang baik, terbukti dapat menurunkan angka stunting.

Dengan dukungan kebijakan, edukasi, dan kesadaran masyarakat, makanan sehari-hari seperti nasi pun bisa menjadi penyelamat generasi. Inovasi pangan ini adalah langkah nyata menuju Indonesia bebas stunting.

Peran beras fortifikasi dalam pencegahan stunting sangat signifikan. Pertama, zat besi dalam beras fortifikasi membantu mencegah anemia pada ibu hamil dan anak balita.

Anemia merupakan salah satu faktor risiko stunting karena menghambat suplai oksigen ke sel-sel tubuh, termasuk otak. Kedua, zinc (seng) berperan dalam meningkatkan sistem imun, mendukung pertumbuhan sel, dan memperbaiki nafsu makan anak.

Ketiga, asam folat dan vitamin A mendukung perkembangan saraf, penglihatan, dan kekebalan tubuh.

Kelebihan utama beras fortifikasi adalah kemudahannya diintegrasikan ke dalam makanan sehari-hari. Sebagai makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia, beras dikonsumsi hampir di setiap waktu makan.

Dengan memfortifikasi beras, kita dapat menjangkau lebih banyak keluarga, terutama dari kelompok rentan, tanpa mengubah kebiasaan makan mereka. Hal ini membuat intervensi gizi ini menjadi sangat efektif dan berkelanjutan.

Pemerintah Indonesia telah mengimplementasikan program beras fortifikasi melalui berbagai skema, seperti Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) dan program bantuan sosial lainnya.

Langkah ini bertujuan memastikan bahwa keluarga kurang mampu tetap dapat mengakses beras bergizi tinggi.

Namun, tantangan masih ada, seperti menjaga kualitas fortifikasi selama proses distribusi dan memasak, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memasak beras fortifikasi dengan benar (misalnya, tidak membilasnya berulang kali agar nutrisinya tidak hilang).

Untuk memaksimalkan peran beras fortifikasi, kolaborasi antara pemerintah, produsen, tenaga kesehatan, dan masyarakat sangat dibutuhkan.

Edukasi tentang manfaat beras fortifikasi, cara mengolahnya, serta pentingnya gizi seimbang harus terus disosialisasikan.

Dengan demikian, beras fortifikasi tidak hanya menjadi produk pangan, tetapi juga menjadi solusi praktis dan terjangkau dalam percepatan pencegahan stunting.



Referensi Jurnal :


UNICEF. n.d. RINGKASAN FORTIFIKASI BERAS DI INDONESIA. https://www.unicef.org/indonesia/media/20986/file/Ringkasan%20Fortifikasi%20Beras%20di%20Indonesia.pdf

Sigalingging, F. 2024.

Turunkan Angka Stunting di Indonesia Melalui Beras Fortifikasi. rri.co.id., https://rri.co.id/lain-lain/690813/turunkan-angka-stunting-di-indonesia-melalui-beras-fortifikasi

Tarigan, G.H. dkk. 2024.

“Penurunan Stunting Melaui Pola Asuh dan Beras Fortifikasi pada Balita di Mempawah”. Jurnal Pengabdian Masyarakat Trimedika. Vol. 1, No. 2, hal. 53 - 71, Januari, 2024


PT Inti Surya Laboratorium

Icon Business Park, Jl. Raya Cisauk Lapan Blok O No. 5 - 6, Sampora, Kec. Cisauk, Kabupaten Tangerang, Banten 15345


Terbaru

...
3 days ago

Kelebihan dan Kekurangan Program Fortifikasi Makanan di Indonesia

mengupas secara komprehensif berbagai aspek program fortifikasi makanan di Indonesia, menyajikan arg...

Selengkapnya
technical
...
3 days ago

Apa Itu Hujan Asam? Kenali Penyebab, Dampak, Dan Solusi Bagi Lingkungan Hidup

Hujan asam terjadi ketika kandungan zat kimia berbahaya di udara, seperti sulfur dioksida (SO₂) da...

Selengkapnya
technical
...
3 days ago

8 Tanaman Hias Loveable Dengan Warna Brave Pink Green Hero, Percantik Halaman Sambil Jaga Lingkungan

Warna tanaman hias begitu beragam dan unik, mengundang rasa ingin memiliki. Dari hanya percampuran d...

Selengkapnya
Entertaiment
...
3 days ago

Mengenal Environmental Baseline Study (EBS) Untuk Industri Ramah Lingkungan

Dengan mengintegrasikan teknologi hijau, efisiensi energi, serta pengelolaan limbah yang tepat, indu...

Selengkapnya
technical
...
3 days ago

Apa Itu Fortifikasi Makanan? Mengenal Zat Tambahan Makanan Dan Manfaatnya Untuk Tubuh

9 Dari 10 Ahli Setuju! Fortifikasi Makanan Memberikan Manfaat Luar Biasa Bagi Tubuh- Yuk Kenali Jeni...

Selengkapnya
technical
...
3 days ago

Rahasia Gaya Hidup Sehat dengan Secangkir Teh

Di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat dan konsumsi pangan ala...

Selengkapnya
technical
...
3 days ago

Hobi Makan Seafood? Waspadai Mikroplastik Yang Mengintai!Hobi Makan Seafood? Waspadai Mikroplastik Yang Mengintai!

Pentingnya kesadaran akan keberadaan mikroplastik dalam seafood yang dikonsumsi sehari-hari. Berikut...

Selengkapnya
Information
...
3 days ago

Makanan Cepat Saji Cepat Basi? Ini Penyebab dan Tips Aman Mengonsumsinya

Makanan cepat saji atau fast food dikenal praktis dan mudah dinikmati, tetapi memiliki daya simpan y...

Selengkapnya
technical
...
3 days ago

Peran Beras Fortifikasi Untuk Mencegah Stunting Di Indonesia

Kupas tuntas peran, manfaat, dan potensi beras yang diperkaya dengan vitamin dan mineral ini dalam ...

Selengkapnya
technical
...
3 days ago

Tantangan Dan Strategi Fortifikasi Makanan di Indonesia Untuk Gizi yang Lebih Baik

Fortifikasi adalah proses menambahkan zat gizi mikro penting seperti zat besi, yodium, vitamin A, zi...

Selengkapnya
technical
...
3 days ago

Waspada Bakteri E.Coli Dari Maraknya Kasus Keracunan Makanan

Keracunan makanan, sebuah ancaman kesehatan yang sering kali diremehkan, menjadi perhatian serius be...

Selengkapnya
technical
...
3 days ago

Dampak Gas Air Mata, Ancaman Nyata Untuk Lingkungan

Dampak gas air mata yang selama ini dianggap hanya berpengaruh sementara pada manusia, tetapi ternya...

Selengkapnya
Information
...
3 days ago

Dampak Polusi Udara Terhadap Kesehatan Manusia Dan Lingkungan

Indonesia menempati peringkat ke-15 dunia untuk polusi udara. Artikel ini mengupas tuntas penyebab, ...

Selengkapnya
technical
...
2 weeks ago

Mengenal Lebih Dekat Bakteri Coliform , Indikator Kebersihan Air dan Makanan

Coliform adalah kelompok bakteri yang biasanya digunakan sebagai indikator apakah air atau makanan s...

Selengkapnya
technical