Hati-hati! Makanan Favoritmu Bisa Mengandung Formalin

4 days ago By : Fadhilah Desy Handayani

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa beberapa bahan makanan, seperti tahu, ikan segar, atau mie basah, bisa terlihat begitu sempurna, sangat kenyal, dan mampu bertahan berhari-hari di suhu ruang tanpa tanda-tanda kerusakan? Fenomena ini seringkali menimbulkan rasa aman yang semu. Di balik tampilan yang menggoda dan ketahanan yang luar biasa, bisa jadi tersimpan sebuah ancaman sunyi yang tak terlihat: formalin. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam budaya, juga dikenal luas karena aneka ragam kulinernya yang memikat lidah. Namun, di balik kekayaan ini, ada praktik tidak bertanggungjawab yang dapat merusak segalanya. 

Dalam beberapa kasus yang mengkhawatirkan, terdapat penambahan formalin (37% formaldehida) secara illegal ke dalam makanan. Tujuannya hanya satu: memperpanjang masa simpan produk agar tidak cepat rusak dan menekan biaya operasional. Sayangnya, tindakan ini membawa konsekuensi serius. Jika manusia mengonsumsi makanan yang mengandung formaldehida, dampaknya bisa sangat buruk bagi kesehatan, berpotensi memicu berbagai penyakit berbahaya, termasuk kanker. Ini adalah bahaya tersembunyi yang mengintai di piring kita.

Memahami Formaldehida: Dari Industri Hingga Piring Makan

Formaldehida, dengan rumus kimia CH2O, adalah sejenis gas tak berwarna pada suhu ruang. Dalam bentuk cair, zat ini umumnya dikenal sebagai "formalin" dan merupakan bahan kimia yang relative murah. Dalam dunia industri, formalin memiliki berbagai kegunaan yang sah dan penting. Ia digunakan untuk mengawetkan specimen biologis di laboratorium, membunuh bakteri dan jamur yang tidak diinginkan, serta sebagai bahan dasar dalam pembuatan plastik dan resin yang kita gunakan sehari-hari. Namun, di sinilah letak masalahnya. Karena kemampuannya yang luar biasa dalam menghambat proses pembusukan, sebagian pedagang nakal tergoda untuk menyalahgunakan formalin sebagai pengawet makanan. Mereka menambahkannya pada produk pangan agar tidak cepat rusak, sehingga bisa disimpan lebih lama dan terlihat selalu segar, tanpa memedulikan risiko yang ditimbulkan bagi konsumen.

Formalin tidak hanya sekadar bahan kimia industri; ia adalah zat yang bersifat karsinogenik, yang berarti berpotensi menyebabkan kanker. Oleh karena itu, formalin secara tegas dilarang untuk digunakan sebagai pengawet makanan. Konsumsi makanan yang terkontaminasi formalin menimbulkan risiko kesehatan yang sangat serius bagi siapa pun yang mengonsumsinya. Mengingat sifatnya yang beracun, paparan formalin dalam jangka panjang melalui makanan dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan yang kompleks. Mulai dari iritasi saluran pencernaan, masalah pernapasan, kerusakan organ dalam, hingga pada akhirnya meningkatkan risiko perkembangan sel kanker. Ini adalah ancaman serius yang dapat mengganggu kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat secara luas.

Baca juga: Amankah Nasi di Meja Makan Anda? Mengenal Bahaya Kadmium dan Risikonya

Regulasi di Indonesia: Upaya Melindungi Konsumen

Menyadari bahaya yang mengintai, Indonesia telah memiliki peraturan yang melarang penggunaan formalin sebagai bahan tambahan pangan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah lembaga yang bertanggungjawab penuh untuk menegakkan peraturan ini. BPOM secara berkala melakukan pengawasan ketat untuk memastikan kepatuhan terhadap standar keamanan pangan dan melindungi masyarakat dari bahan berbahaya. Walaupun demikian, perjalanan untuk membersihkan rantai pangan dari formalin masih panjang. Sebuah studi yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir masih menunjukkan adanya kandungan formalin pada beberapa jenis makanan yang beredar di pasaran Indonesia. Makanan-makanan tersebut antara lain mie basah, ikan dan makanan laut, buah dan sayur tertentu, jus buah kemasan, bahkan beberapa produk susu. Temuan ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk tetap waspada dan proaktif.

Melindungi Diri dari Ancaman Formalin di Piring Kita

Menjaga diri dan keluarga dari makanan berformalin adalah tanggungjawab kita bersama sebagai konsumen. Berikut adalah beberapa langkah sederhana namun penting yang bisa kita lakukan:

Pertama, pilihlah makanan segar dengan bijak. Hindarilah makanan yang tampak terlalu kenyal atau keras secara tidak wajar, dan yang paling mencurigakan adalah makanan yang mampu bertahan berhari-hari tanpa ada tanda-tanda pembusukan meski tidak disimpan di lemari pendingin. Kesegaran yang tidak wajar patut dicurigai.

Kedua, biasakan mencium aroma makanan. Ikan yang diberi formalin seringkali kehilangan bau amis alaminya, memiliki tekstur yang sangat keras, dan warnanya terlihat terlalu cerah atau putih pucat yang tidak wajar. Aroma yang aneh atau ketiadaan aroma sama sekali pada makanan yang seharusnya berbau kuat adalah indikator bahaya.

Ketiga, cucilah buah dan sayur dengan sangat baik. Terutama buah impor, seringkali disemprot dengan berbagai pengawet di permukaannya. Mencuci dengan air mengalir, bahkan menggunakan sikat lembut untuk permukaan buah yang keras, dapat membantu menurunkan kadar zat kimia yang menempel.

Keempat, hindari mie basah tanpa label resmi atau dari penjual yang tidak terpercaya. Selalu utamakan membeli mie basah di took atau penjual yang sudah memiliki reputasi baik dan menawarkan produk yang telah bersertifikat keamanan pangan. Produk yang dikemas dengan label resmi BPOM adalah pilihan yang lebih aman.

Terakhir, dan ini sangat penting, laporkanlah setiap kecurigaan. BPOM menyediakan layanan pelaporan bagi masyarakat yang menemukan atau mencurigai adanya pangan yang mengandung bahan berbahaya. Partisipasi aktif kita dalam melaporkan akan sangat membantu pihak berwenang dalam membersihkan pasaran dari praktik illegal ini.

Baca juga: Rahasia Umur Simpan Makanan: Cara Menjaga Daya Tahan dan Kualitasnya

Tanggung Jawab Bersama untuk Pangan yang Aman

Formalin dalam makanan adalah ancaman nyata yang harus kita hadapi bersama. Selain dapat merusak kesehatan secara fisik bagi yang mengonsumsinya, keberadaan formalin dalam makanan secara tidak langsung juga dapat mengancam integritas budaya kuliner Indonesia yang beragam dan kaya rasa. Hal ini juga dapat menurunkan kepercayaan konsumen, merusak reputasi pelaku usaha yang jujur dan berintegritas, serta pada akhirnya mengancam stabilitas ekonomi di sektor pangan.

Mengonsumsi pangan yang aman adalah hak setiap warga negara, dan menjaganya adalah tanggung jawab kita semua. Bagi kita sebagai konsumen, tanggung jawab itu berbentuk kewaspadaan dalam memilih. Namun bagi para produsen, pemilik usaha kuliner, dan pemasok bahan pangan, tanggung jawab ini memiliki wujud yang lebih konkret: pembuktian dan jaminan mutu.

Di sinilah peran pengujian laboratorium profesional menjadi krusial. INTILAB hadir sebagai mitra strategis layanan pengujian pangan yang akurat dan terpercaya. Pada akhirnya, keamanan pangan bukanlah sekadar isu teknis, tetapi sebuah ekosistem yang dibangun dari regulasi yang kuat, produsen yang berintegritas, dan konsumen yang cerdas. Karena makanan seharusnya menjadi sumber kehidupan dan kebahagiaan, bukan sumber penyakit dan kekhawatiran.


Terbaru

...
4 days ago

Hati-hati! Makanan Favoritmu Bisa Mengandung Formalin

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa beberapa bahan makanan, seperti tahu, ikan segar, atau mie bas...

Selengkapnya
Information
...
1 week ago

Amankah Nasi di Meja Makan Anda? Mengenal Bahaya Kadmium dan Risikonya

Semangkuk nasi putih hangat seolah menjadi jaminan ketenangan perut dan sumber energi yang tak terga...

Selengkapnya
Information
...
2 weeks ago

Panduan Aman Konsumsi Ikan: Cara Cerdas Memilih Ikan Rendah Merkuri

Ikan sering disebut sebagai superfood dari lautan, dan julukan itu memang pantas disandangnya. Sebag...

Selengkapnya
Information
...
3 weeks ago

Kawan atau Lawan? Membongkar Mitos dan Mengenal Jenis Lemak di Piring Anda

Ketika kata "lemak" disebut dalam percakapan tentang makanan, seringkali yang terbayang adalah stigm...

Selengkapnya
Information
...
4 weeks ago

Pengemasan Vakum vs Konvensional: Strategi Jitu Menjaga Kesegaran Makanan Berminyak Lebih Lama

Siapa tak suka keripik renyah atau gorengan gurih? Makanan berminyak adalah favorit banyak orang, na...

Selengkapnya
technical
...
1 month ago

Rahasia Umur Simpan Makanan: Cara Menjaga Daya Tahan dan Kualitasnya

​Apa itu Umur Simpan Makanan? Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa ada makanan yang bisa bertahan...

Selengkapnya
Information
...
1 month ago

Permen LH No. 11 Tahun 2025: Panduan Lengkap Baku Mutu & Standar Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik

Ketahui aturan terbaru dari Kementerian Lingkungan Hidup tentang baku mutu air limbah domestik dan s...

Selengkapnya
technical
...
1 month ago

Residu Pestisida pada Buah dan Sayuran: Ancaman Tersembunyi bagi Keamanan Pangan

Dalam era pertanian modern, pestisida berperan penting untuk melindungi tanaman dari serangan hama d...

Selengkapnya
Information
...
2 months ago

Organik Dalam Makanan : Mengenal Istilah Makanan Organik Dan Non-Organik

Dalam beberapa tahun terakhir, istilah organik semakin sering muncul di dunia makanan dan gaya hidup...

Selengkapnya
technical
...
2 months ago

Kapan Waktu Terbaik Minum Teh Hijau ? Ini Analisisnya Berdasarkan Siklus Metabolisme Tubuh

Kapan sebenarnya waktu terbaik untuk menikmati secangkir teh hijau agar manfaatnya dapat diserap sec...

Selengkapnya
technical
...
2 months ago

Minum Kombucha Tiap Hari ? Ini Manfaatnya Untuk Pencernaan!

Kombucha bukan sekadar tren sesaat, melainkan termasuk dalam kategori pangan fungsional karena menga...

Selengkapnya
technical
...
2 months ago

Percaya Atau Tidak , Inilah 5 Alasan Ilmiah Mengapa Teh Cocok Untuk Pegawai Kantoran

tahukah kamu bahwa solusi alami untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas ini sudah ada dal...

Selengkapnya
Information
...
2 months ago

Kelebihan dan Kekurangan Program Fortifikasi Makanan di Indonesia

mengupas secara komprehensif berbagai aspek program fortifikasi makanan di Indonesia, menyajikan arg...

Selengkapnya
technical
...
2 months ago

Apa Itu Hujan Asam? Kenali Penyebab, Dampak, Dan Solusi Bagi Lingkungan Hidup

Hujan asam terjadi ketika kandungan zat kimia berbahaya di udara, seperti sulfur dioksida (SO₂) da...

Selengkapnya
technical