Apa Itu Fortifikasi Makanan? Mengenal Zat Tambahan Makanan Dan Manfaatnya Untuk Tubuh

3 days ago By : Fanny Fadhilah Usman


Apa Itu Fortifikasi Makanan? 

Mengenal Zat Tambahan Makanan Dan Manfaatnya Untuk Tubuh

Di zaman sekarang, gaya hidup serba cepat dan makanan instan sudah jadi bagian dari keseharian kita. Meski praktis, tapi sering kali membuat kita lupa dengan satu hal penting: asupan gizi yang cukup.

Padahal, tubuh kita butuh banyak nutrisi setiap hari. Bukan hanya karbohidrat dan protein, tapi juga mikronutrien seperti vitamin dan mineral.

Meski jumlahnya kecil, manfaatnya luar biasa untuk menjaga daya tahan tubuh, mendukung tumbuh kembang, sampai mencegah penyakit.

Nah, di sinilah fortifikasi berperan. Zat tambahan kecil yang sengaja dimasukkan ke dalam makanan ini punya dampak besar untuk kesehatan.

Proses fortifikasi membuat makanan sehari-hari seperti beras, tepung, garam, atau susu jadi lebih kaya nutrisi.

Belakangan, istilah fortifikasi dan fortifikan makin sering terdengar di dunia kesehatan. Tapi, sebenarnya apa sih fortifikan itu?

Kenapa zat kecil ini bisa jadi harapan baru untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat? Berikut informasi tentang fortifikasi makanan dan manfaatnya untuk tubuh.

Apa Itu Fortifikasi Makanan?

9 Dari 10 Ahli Setuju! Fortifikasi Makanan Memberikan Manfaat Luar Biasa Bagi Tubuh- Yuk Kenali Jenisnya.

Fortifikasi adalah zat gizi tambahan yang sengaja ditambahkan ke dalam makanan sehari-hari untuk memperbaiki nilai gizinya.

Biasanya, terdiri dari mikronutrien yang tubuh kita perlukan dalam jumlah kecil, tetapi sangat krusial untuk fungsi dan kesehatan optimal.

Fortifikasi bisa berupa vitamin (seperti A, D, B12) maupun mineral (seperti zat besi, seng, yodium).

Fortifikasi adalah salah satu inovasi penting dalam bidang kesehatan dan nutrisi yang bertujuan meningkatkan kandungan gizi pada makanan sehari-hari. Tujuannya fortifikasi makanan adalah mengatasi permasalahan kekurangan gizi yang terjadi secara luas.

Fortifikasi adalah proses menambahkan bahan fortifikan secara sengaja ke dalam bahan pangan yang dipilih sebagai pembawa, dengan maksud untuk mengatasi defisiensi suatu mikronutrien pada masyarakat tertentu.

Tujuan utama dari fortifikasi adalah meningkatkan kesehatan nutrisi masyarakat dengan menambahkan zat-zat gizi yang dibutuhkan ke dalam bahan pangan pembawa.

Dilansir halodoc.com, makanan yang difortifikasi umumnya diberi tambahan vitamin, mineral, dan zat gizi mikro lainnya yang penting bagi berbagai fungsi tubuh.

Tubuh tidak bisa memproduksi mikronutrien sendiri, sehingga harus mendapatkannya dari makanan yang dikonsumsi.

Pabrikan makanan difortifikasi biasanya menambahkan mikronutrien ke dalam produk mereka saat proses produksi. Mereka menggunakan bahan kimia yang mengandung vitamin dan mineral.

Bahan kimia ini tidak memberikan rasa, tekstur, atau aroma yang terdeteksi saat dicampurkan ke dalam makanan.

Beberapa makanan secara alami mengandung mikronutrien tertentu, tetapi kandungan tersebut bisa hilang saat dimasak atau disimpan.

Ada tiga jenis dasar fortifikasi makanan, yaitu fortifikasi massal yang merujuk pada penambahan gizi pada makanan yang dikonsumsi oleh banyak orang, fortifikasi target yang diberikan kepada kelompok masyarakat tertentu yang membutuhkan, serta fortifikasi yang ditetapkan oleh pemerintah melalui industri makanan.

Tujuan Menambahkan Fortifikasi Makanan

Tujuan utama penambahan fortifikasi pada makanan adalah meningkatkan kualitas gizi yang ada, memperbaiki serta mencegah kekurangan gizi mikro seperti vitamin dan mineral di kalangan masyarakat, mengembalikan kandungan nutrisi yang hilang selama proses pengolahan makanan, dan memastikan pemasukan gizi yang cukup tanpa mengubah cara masyarakat mengonsumsi makanan secara tiba-tiba.

Fortifikasi merupakan salah satu upaya efektif dalam bidang kesehatan masyarakat untuk meningkatkan kondisi kesehatan secara keseluruhan dan mencegah berbagai masalah gizi, termasuk stunting pada anak-anak.

Fortifikasi makanan juga memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mungkin sulit didapatkan dari pola makan sehari-hari.

Dengan bantuan fortifikasi, masyarakat dapat mengatasi masalah kekurangan gizi yang umum terjadi di masyarakat.

Tujuan fortifikasi makanan selanjutnya adalah dapat memulihkan kandungan vitamin dan ineral yang hilang selama proses pengolahan bahan pangan, sehingga makanan yang dikonsumsi tetap memiliki kualitas gizi yang baik.

Bagi kelompok rentan, fortifikasi makanan membantu memenuhi kebutuhan gizi kelompok tertentu seperti bayi dan anak-anak yang memiliki kebutuhan nutrisi lebih tinggi.

Contoh Makanan Yang Difortifikasi

Beberapa bahan pangan telah difortifikasi untuk meningkatkan nilai gizi dan mengatasi kekurangan vitamin atau mineral dalam populasi.

Fortifikasi ini umumnya dilakukan dengan menambahkan mikronutrien penting yang mungkin kurang dalam diet sehari-hari.

Salah satu contoh paling umum adalah garam beryodium yang difortifikasi dengan yodium. Yodium sangat penting untuk fungsi tiroid yang sehat dan mencegah penyakit gondok.

Di banyak negara, fortifikasi garam dengan yodium diwajibkan oleh pemerintah sebagai strategi kesehatan masyarakat.

Selain itu, ada susu yang difortifikasi dengan vitamin D. Vitamin D membantu tubuh menyerap kalsium, yang sangat penting untuk kesehatan tulang.

Minuman susu sapi dan susu nabati seperti susu kedelai dan almond sering kali diperkaya dengan vitamin D untuk membantu mencegah rakitis pada anak-anak dan osteoporosis pada orang dewasa.

Contoh lain adalah sereal sarapan yang difortifikasi dengan zat besi dan vitamin B.

Zat besi sangat penting untuk produksi sel darah merah dan mencegah anemia, terutama pada wanita dan anak-anak. Vitamin B, seperti folat, juga ditambahkan untuk mendukung pertumbuhan sel dan mencegah cacat lahir pada bayi.

Jenis Fortifikasi Makanan

Secara umum, fortifikasi makanan terbagi menjadi dua jenis, yaitu fortifikasi wajib dan fortifikasi sukarela.

Fortifikasi wajib adalah penambahan nutrisi pada makanan yang sudah diatur resmi oleh pemerintah melalui Standar Nasional Indonesia (SNI).

Artinya, produsen pangan tertentu harus mengikuti aturan ini agar produknya aman dan memenuhi standar gizi.

Beberapa contoh produk yang termasuk fortifikasi wajib antara lain garam beryodium (SNI 3356:2016), minyak goreng sawit dengan vitamin A (SNI 7709:2019), serta tepung terigu yang diperkaya zat besi (SNI 3751:2018).

Sementara itu, fortifikasi sukarela dilakukan oleh industri pangan atas inisiatif sendiri. Biasanya, tujuan fortifikasi sukarela adalah menambah nilai gizi pada produk agar sesuai dengan kebutuhan konsumen, misalnya menambahkan kalsium pada susu atau vitamin C pada minuman.

Dengan adanya dua jenis fortifikasi ini, masyarakat bisa lebih mudah mendapatkan asupan nutrisi penting melalui makanan sehari-hari.

Manfaat Fortifikasi Makanan Untuk Tubuh

Fortifikasi makanan memberikan manfaat luar biasa baik untuk tubuh, seperti mencegah tubuh kekurangan nutrisi. Dengan fortifikasi, tubuh dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan nutrisi harian tanpa mengubah pola makan.

Kemudian, fortifikasi membantu mencegah penurunan produktivitas. Memungkinkan tubuh dapat bekerja secara optimal.

Fortifikasi makanan juga membantu mencegah berbagai penyakit seperti malnutrisi, anemia, dan rakhitis.

Pemberian asam folat pada makanan pokok sangat penting bagi ibu hamil untuk mencegah cacat tabung saraf pada janin. Anak-anak yang mengonsumsi makanan terfortifikasi juga memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik.

Fortifikasi makanan mendukung pembentukkan kekebalan imun. Vitamin A dan D yang sering ditambahkan pada produk susu atau minyak goreng berperan vital dalam menjaga fungsi sistem imun. Kekebalan tubuh yang kuat membantu tubuh melawan infeksi dan penyakit.

Fortifikasi memastikan bahwa nutrisi penting dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan akses terhadap makanan bergizi. Karena nutrisi ditambahkan pada makanan yang sering dikonsumsi sehari-hari, manfaatnya dapat dirasakan secara luas.


Fortifikan ditambahkan ke dalam bahan pangan sehari-hari seperti tepung terigu, garam, susu, atau sereal. Karena makanan tersebut dikonsumsi rutin oleh banyak orang, penambahan fortifikan memastikan tubuh mendapatkan asupan nutrisi penting secara konsisten.

Contoh produk yang difortifikasi misalnya garam beryodium, susu dengan tambahan vitamin D, sereal sarapan yang diperkaya zat besi atau tepung terigu dengan asam folat.

Tujuan utamanya adalah untuk mencegah atau mengurangi risiko defisiensi gizi yang umum di masyarakat, terutama pada anak-anak, ibu hamil, dan lansia.

Walaupun pola makan kita beragam, belum tentu kandungan gizinya lengkap. Tidak semua makanan yang kita konsumsi kaya akan mikronutrien.

Banyak orang mengalami “hidden hunger”, kelaparan tersembunyi akibat kekurangan mikronutrien penting yang efeknya yang tidak langsung terlihat, namun bisa berdampak serius pada kesehatan dan perkembangan.

Dengan fortifikasi, kebutuhan mikronutrien bisa dipenuhi tanpa mengubah kebiasaan makan masyarakat secara drastis.

Dalam dunia nutrisi dan pangan, terkadang hal terkecil justru memberikan dampak terbesar. Salah satu contoh nyata adalah fortifikan.

Meski ukurannya kecil dan kadarnya terbatas, fortifikan mampu memberikan kontribusi besar bagi kesehatan masyarakat, terutama dalam pencegahan berbagai penyakit akibat kekurangan gizi.

Mereka adalah nutrisi tambahan yang membawa harapan baru bagi masyarakat yang ingin hidup sehat dan berkualitas. Dengan memilih makanan yang difortifikasi secara tepat, kita turut berkontribusi dalam membangun generasi yang lebih sehat dan kuat. Jadi, mulai sekarang: jangan abaikan si kecil yang satu ini!



Referensi:


Fadilah, A., Abdul, R. T., Marini, A. M., & Rahayu, I. (2022). Efektivitas Fortifikasi Zat Besi Pada Tepung Terigu untuk Menanggulangi Anemia: Systematic Review. JGMI: The Journal of Indonesian Community Nutrition, 11(2), 96-110.


Firdaus, M., A. Jaziri, A., S Sari, D., Yahya, Y., & A Prihanto, A. (2018). Fortifikasi Tepung Eucheuma cottonii pada Pembuatan Mie Kering Sebagai Makanan Halal dan Thoyib. Indonesia Journal of Halal, 1(2), 109-116. 

Himpunan Mahasiswa Teknik Pangan ITB. (2021). Fortifikasi Pangan.

Santosa, W. N., & Noviandi, K. Y. (2024). Efek Fortifikasi Kalsium pada Kesehatan. Jurnal Wiyata11(01), 13-18.


PT Inti Surya Laboratorium

Icon Business Park, Jl. Raya Cisauk Lapan Blok O No. 5 - 6, Sampora, Kec. Cisauk, Kabupaten Tangerang, Banten 15345


Terbaru

...
3 days ago

Kelebihan dan Kekurangan Program Fortifikasi Makanan di Indonesia

mengupas secara komprehensif berbagai aspek program fortifikasi makanan di Indonesia, menyajikan arg...

Selengkapnya
technical
...
3 days ago

Apa Itu Hujan Asam? Kenali Penyebab, Dampak, Dan Solusi Bagi Lingkungan Hidup

Hujan asam terjadi ketika kandungan zat kimia berbahaya di udara, seperti sulfur dioksida (SO₂) da...

Selengkapnya
technical
...
3 days ago

8 Tanaman Hias Loveable Dengan Warna Brave Pink Green Hero, Percantik Halaman Sambil Jaga Lingkungan

Warna tanaman hias begitu beragam dan unik, mengundang rasa ingin memiliki. Dari hanya percampuran d...

Selengkapnya
Entertaiment
...
3 days ago

Mengenal Environmental Baseline Study (EBS) Untuk Industri Ramah Lingkungan

Dengan mengintegrasikan teknologi hijau, efisiensi energi, serta pengelolaan limbah yang tepat, indu...

Selengkapnya
technical
...
3 days ago

Apa Itu Fortifikasi Makanan? Mengenal Zat Tambahan Makanan Dan Manfaatnya Untuk Tubuh

9 Dari 10 Ahli Setuju! Fortifikasi Makanan Memberikan Manfaat Luar Biasa Bagi Tubuh- Yuk Kenali Jeni...

Selengkapnya
technical
...
3 days ago

Rahasia Gaya Hidup Sehat dengan Secangkir Teh

Di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat dan konsumsi pangan ala...

Selengkapnya
technical
...
3 days ago

Hobi Makan Seafood? Waspadai Mikroplastik Yang Mengintai!Hobi Makan Seafood? Waspadai Mikroplastik Yang Mengintai!

Pentingnya kesadaran akan keberadaan mikroplastik dalam seafood yang dikonsumsi sehari-hari. Berikut...

Selengkapnya
Information
...
3 days ago

Makanan Cepat Saji Cepat Basi? Ini Penyebab dan Tips Aman Mengonsumsinya

Makanan cepat saji atau fast food dikenal praktis dan mudah dinikmati, tetapi memiliki daya simpan y...

Selengkapnya
technical
...
3 days ago

Peran Beras Fortifikasi Untuk Mencegah Stunting Di Indonesia

Kupas tuntas peran, manfaat, dan potensi beras yang diperkaya dengan vitamin dan mineral ini dalam ...

Selengkapnya
technical
...
3 days ago

Tantangan Dan Strategi Fortifikasi Makanan di Indonesia Untuk Gizi yang Lebih Baik

Fortifikasi adalah proses menambahkan zat gizi mikro penting seperti zat besi, yodium, vitamin A, zi...

Selengkapnya
technical
...
3 days ago

Waspada Bakteri E.Coli Dari Maraknya Kasus Keracunan Makanan

Keracunan makanan, sebuah ancaman kesehatan yang sering kali diremehkan, menjadi perhatian serius be...

Selengkapnya
technical
...
3 days ago

Dampak Gas Air Mata, Ancaman Nyata Untuk Lingkungan

Dampak gas air mata yang selama ini dianggap hanya berpengaruh sementara pada manusia, tetapi ternya...

Selengkapnya
Information
...
3 days ago

Dampak Polusi Udara Terhadap Kesehatan Manusia Dan Lingkungan

Indonesia menempati peringkat ke-15 dunia untuk polusi udara. Artikel ini mengupas tuntas penyebab, ...

Selengkapnya
technical
...
2 weeks ago

Mengenal Lebih Dekat Bakteri Coliform , Indikator Kebersihan Air dan Makanan

Coliform adalah kelompok bakteri yang biasanya digunakan sebagai indikator apakah air atau makanan s...

Selengkapnya
technical