Siang Panas, Sore Hujan, Risiko Pangan Rentan di Kemarau Basah
Belakangan ini, cuaca tak menentu membuat istilah kemarau basah sering muncul. Fenomena ini terjadi saat hujan masih turun di musim kemarau.
Risiko kontaminasi mikroba, cemaran kimia, dan toksin alami meningkat drastis. Siang hari yang terik disusul hujan deras di sore hari menciptakan kondisi lembap dan hangat yang ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme.
Tapi tahukah kamu, kondisi ini bisa jadi pemicu meningkatnya risiko cemaran mikroba pada pangan?
Terdapat berbagai jenis bahaya yang dapat mengancam keamanan pangan di berbagai titik sepanjang rantai produksi.
Sebagai contoh, karena mikroorganisme terdapat secara luas di alam, maka mikroorganisme patogen, terutama ketika dikombinasikan dengan perubahan iklim, dapat mencemari pangan pada tahap mana pun, mulai dari pertanian hingga ke meja makan.
Patogen bawaan pangan umumnya berupa bakteri, virus, atau parasit berbahaya yang terdapat dalam makanan dan dapat menyebabkan keracunan makanan atau penyakit yang ditularkan melalui makanan contohnya pada produk pangan segar.
Risiko kontaminasi produk segar oleh patogen dapat diperburuk oleh dampak perubahan iklim, seperti curah hujan yang lebih sering dan intens, banjir dan kekeringan berulang, serta peningkatan suhu.
Setelah hujan lebat, tingkat bakteri di udara pada lahan pertanian dapat meningkat 25 hingga 30 kali lipat, dan cipratan air hujan dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada produk segar.
Selain itu, banjir sering dikaitkan dengan meluapnya limbah manusia yang belum diolah, sehingga meningkatkan kemungkinan kontaminasi produk segar oleh virus dan bakteri enterik.
Perubahan iklim juga dapat meningkatkan risiko penyakit zoonosis bawaan pangan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ketika perubahan iklim memengaruhi kondisi hidup hewan ternak, hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap penyakit mikroba, sehingga berperan sebagai reservoir utama berbagai penyakit.
Selain itu, peningkatan populasi hama hewan juga berperan sebagai vektor zoonosis tersebut. Terkait dengan keamanan pangan laut, perubahan suhu udara dan laut, pola curah hujan, keasaman laut, dan kadar salinitas juga dapat memengaruhi daya hidup dan potensi patogen penyebab penyakit yang terdapat dalam air laut dan hasil laut.
Semua jalur kontaminasi pangan yang berbeda ini dipengaruhi oleh perubahan iklim, sehingga menjadi ancaman bagi keamanan berbagai jenis komoditas pangan.
Untuk mencegah kontaminasi dan menjamin keamanan produk, pengujian mikrobiologi secara rutin menjadi keharusan. Pengujian mikroba meliputi deteksi total mikroorganisme (TPC), koliform, E. coli, Salmonella, Listeria, dan lainnya, tergantung jenis produk dan peraturan yang berlaku.
Perubahan iklim bukan hanya soal cuaca, tapi juga tentang apa yang kita makan dan bagaimana kita menjaganya tetap aman.
Saat suhu dan curah hujan naik-turun tak terkendali, kita perlu mengandalkan data ilmiah dan laboratorium uji pangan sebagai garis pertahanan pertama.
Referensi Jurnal :
Ramona A. Duchenne-Moutien ang Hudaa Neetoo. 2021. “Climate Change and Emerging Food Safety Issues: A Review”. Journal of Food Protection, Vol. 84, No. 11, 2021, Pages 1884-189
Terbaru

Organik Dalam Makanan : Mengenal Istilah Makanan Organik Dan Non-Organik
Dalam beberapa tahun terakhir, istilah organik semakin sering muncul di dunia makanan dan gaya hidup...
Selengkapnya
Kapan Waktu Terbaik Minum Teh Hijau ? Ini Analisisnya Berdasarkan Siklus Metabolisme Tubuh
Kapan sebenarnya waktu terbaik untuk menikmati secangkir teh hijau agar manfaatnya dapat diserap sec...
Selengkapnya
Minum Kombucha Tiap Hari ? Ini Manfaatnya Untuk Pencernaan!
Kombucha bukan sekadar tren sesaat, melainkan termasuk dalam kategori pangan fungsional karena menga...
Selengkapnya
Percaya Atau Tidak , Inilah 5 Alasan Ilmiah Mengapa Teh Cocok Untuk Pegawai Kantoran
tahukah kamu bahwa solusi alami untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas ini sudah ada dal...
Selengkapnya
Kelebihan dan Kekurangan Program Fortifikasi Makanan di Indonesia
mengupas secara komprehensif berbagai aspek program fortifikasi makanan di Indonesia, menyajikan arg...
Selengkapnya
Apa Itu Hujan Asam? Kenali Penyebab, Dampak, Dan Solusi Bagi Lingkungan Hidup
Hujan asam terjadi ketika kandungan zat kimia berbahaya di udara, seperti sulfur dioksida (SO₂) da...
Selengkapnya
8 Tanaman Hias Loveable Dengan Warna Brave Pink Green Hero, Percantik Halaman Sambil Jaga Lingkungan
Warna tanaman hias begitu beragam dan unik, mengundang rasa ingin memiliki. Dari hanya percampuran d...
Selengkapnya
Mengenal Environmental Baseline Study (EBS) Untuk Industri Ramah Lingkungan
Dengan mengintegrasikan teknologi hijau, efisiensi energi, serta pengelolaan limbah yang tepat, indu...
Selengkapnya
Apa Itu Fortifikasi Makanan? Mengenal Zat Tambahan Makanan Dan Manfaatnya Untuk Tubuh
9 Dari 10 Ahli Setuju! Fortifikasi Makanan Memberikan Manfaat Luar Biasa Bagi Tubuh- Yuk Kenali Jeni...
Selengkapnya
Rahasia Gaya Hidup Sehat dengan Secangkir Teh
Di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat dan konsumsi pangan ala...
Selengkapnya
Hobi Makan Seafood? Waspadai Mikroplastik Yang Mengintai!Hobi Makan Seafood? Waspadai Mikroplastik Yang Mengintai!
Pentingnya kesadaran akan keberadaan mikroplastik dalam seafood yang dikonsumsi sehari-hari. Berikut...
Selengkapnya
Makanan Cepat Saji Cepat Basi? Ini Penyebab dan Tips Aman Mengonsumsinya
Makanan cepat saji atau fast food dikenal praktis dan mudah dinikmati, tetapi memiliki daya simpan y...
Selengkapnya
Peran Beras Fortifikasi Untuk Mencegah Stunting Di Indonesia
Kupas tuntas peran, manfaat, dan potensi beras yang diperkaya dengan vitamin dan mineral ini dalam ...
Selengkapnya
Tantangan Dan Strategi Fortifikasi Makanan di Indonesia Untuk Gizi yang Lebih Baik
Fortifikasi adalah proses menambahkan zat gizi mikro penting seperti zat besi, yodium, vitamin A, zi...
Selengkapnya