Pangan Organik VS Konvensional, Siapa Lebih Aman?
Dalam beberapa tahun terakhir, tren konsumsi pangan organik semakin meningkat.
Banyak konsumen percaya bahwa pangan organik tidak hanya lebih sehat, tetapi juga lebih aman dari berbagai kontaminan, termasuk logam berat.
Namun, apakah benar pangan organik lebih bebas dari cemaran logam berat dibanding pangan konvensional?
Mari kita telaah lebih dalam.
Pangan Organik Lebih Aman?
Pangan organik didefinisikan sebagai produk pertanian yang ditanam tanpa pestisida sintetis, pupuk kimia, atau rekayasa genetik.
Petani organik juga wajib menerapkan praktik budidaya berkelanjutan, termasuk rotasi tanaman, penggunaan pupuk kompos, dan menjaga kesehatan tanah.
Secara teori, metode ini dapat mengurangi potensi kontaminasi bahan kimia dan logam berat dari pupuk sintetis atau pestisida.
Namun, organik bukan berarti bebas risiko. Tanah yang digunakan bisa saja sudah tercemar logam berat dari aktivitas masa lalu (seperti pertambangan, industri, atau penggunaan pestisida lama yang mengandung logam berat).
Pupuk alami seperti kompos dan pupuk kandang juga bisa mengandung logam berat jika berasal dari bahan baku yang tercemar.
Jadi, meskipun risiko cenderung lebih rendah, pangan organik tidak sepenuhnya kebal dari kontaminasi logam berat.
Bagaimana dengan Pangan Konvensional?
Pangan konvensional masih menjadi pilihan mayoritas karena harganya yang lebih terjangkau dan distribusinya yang luas.
Namun, penggunaannya yang lebih tinggi terhadap pupuk anorganik dan pestisida sintetis meningkatkan kemungkinan akumulasi logam berat di dalam tanah dan tanaman.
Faktor-faktor utama risiko cemaran logam berat dalam pertanian konvensional:
● Penggunaan pupuk fosfat industri.
● Kurangnya rotasi tanaman atau konservasi tanah.
● Kurang ketatnya pengawasan di beberapa negara terhadap kandungan logam berat dalam bahan pertanian.
Namun, tak semua pangan konvensional otomatis tercemar. Beberapa produsen menerapkan Good Agricultural Practices (GAP) dan uji laboratorium untuk memantau cemaran secara berkala.
Pangan organik vs konvensional, mana lebih aman?
Pangan organik berpotensi memiliki risiko lebih rendah terhadap cemaran logam berat karena metode budidayanya, tetapi tidak menjamin bebas sepenuhnya tanpa adanya pengujian laboratorium.
Sebaliknya, pangan konvensional berisiko lebih tinggi terutama bila praktik budidaya dan pengawasan kualitas tidak optimal, namun masih bisa aman bila diuji dan memenuhi standar keamanan pangan.
Pangan organik memang membawa banyak keunggulan, namun bukan berarti kebal dari risiko cemaran logam berat. Sementara pangan konvensional bukanlah musuh, selama diawasi dan diuji secara berkala. Dalam konteks keamanan pangan, bukan labelnya yang penting, tapi kejujuran data dan kepatuhan terhadap standar mutu.
Uji Cemaran Logam dalam Memastikan Keamanan Pangan
Baik pangan organik maupun konvensional, pengujian laboratorium terhadap cemaran logam berat adalah satu-satunya cara yang pasti untuk menjamin keamanan. Laboratorium uji pangan yang terakreditasi dapat mendeteksi kandungan logam berat secara presisi dan membantu produsen menjaga kualitas produknya, sekaligus memberi jaminan keamanan bagi konsumen.
Terbaru

Organik Dalam Makanan : Mengenal Istilah Makanan Organik Dan Non-Organik
Dalam beberapa tahun terakhir, istilah organik semakin sering muncul di dunia makanan dan gaya hidup...
Selengkapnya
Kapan Waktu Terbaik Minum Teh Hijau ? Ini Analisisnya Berdasarkan Siklus Metabolisme Tubuh
Kapan sebenarnya waktu terbaik untuk menikmati secangkir teh hijau agar manfaatnya dapat diserap sec...
Selengkapnya
Minum Kombucha Tiap Hari ? Ini Manfaatnya Untuk Pencernaan!
Kombucha bukan sekadar tren sesaat, melainkan termasuk dalam kategori pangan fungsional karena menga...
Selengkapnya
Percaya Atau Tidak , Inilah 5 Alasan Ilmiah Mengapa Teh Cocok Untuk Pegawai Kantoran
tahukah kamu bahwa solusi alami untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas ini sudah ada dal...
Selengkapnya
Kelebihan dan Kekurangan Program Fortifikasi Makanan di Indonesia
mengupas secara komprehensif berbagai aspek program fortifikasi makanan di Indonesia, menyajikan arg...
Selengkapnya
Apa Itu Hujan Asam? Kenali Penyebab, Dampak, Dan Solusi Bagi Lingkungan Hidup
Hujan asam terjadi ketika kandungan zat kimia berbahaya di udara, seperti sulfur dioksida (SO₂) da...
Selengkapnya
8 Tanaman Hias Loveable Dengan Warna Brave Pink Green Hero, Percantik Halaman Sambil Jaga Lingkungan
Warna tanaman hias begitu beragam dan unik, mengundang rasa ingin memiliki. Dari hanya percampuran d...
Selengkapnya
Mengenal Environmental Baseline Study (EBS) Untuk Industri Ramah Lingkungan
Dengan mengintegrasikan teknologi hijau, efisiensi energi, serta pengelolaan limbah yang tepat, indu...
Selengkapnya
Apa Itu Fortifikasi Makanan? Mengenal Zat Tambahan Makanan Dan Manfaatnya Untuk Tubuh
9 Dari 10 Ahli Setuju! Fortifikasi Makanan Memberikan Manfaat Luar Biasa Bagi Tubuh- Yuk Kenali Jeni...
Selengkapnya
Rahasia Gaya Hidup Sehat dengan Secangkir Teh
Di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat dan konsumsi pangan ala...
Selengkapnya
Hobi Makan Seafood? Waspadai Mikroplastik Yang Mengintai!Hobi Makan Seafood? Waspadai Mikroplastik Yang Mengintai!
Pentingnya kesadaran akan keberadaan mikroplastik dalam seafood yang dikonsumsi sehari-hari. Berikut...
Selengkapnya
Makanan Cepat Saji Cepat Basi? Ini Penyebab dan Tips Aman Mengonsumsinya
Makanan cepat saji atau fast food dikenal praktis dan mudah dinikmati, tetapi memiliki daya simpan y...
Selengkapnya
Peran Beras Fortifikasi Untuk Mencegah Stunting Di Indonesia
Kupas tuntas peran, manfaat, dan potensi beras yang diperkaya dengan vitamin dan mineral ini dalam ...
Selengkapnya
Tantangan Dan Strategi Fortifikasi Makanan di Indonesia Untuk Gizi yang Lebih Baik
Fortifikasi adalah proses menambahkan zat gizi mikro penting seperti zat besi, yodium, vitamin A, zi...
Selengkapnya