Dampak Gas Air Mata, Ancaman Nyata Untuk Lingkungan
Dampak Gas Air Mata, Ancaman Nyata Untuk Lingkungan
Ketika kita mendengar istilah Gas Air Mata, sebagian besar orang mungkin langsung membayangkan situasi kerusuhan, demonstrasi, atau tindakan pengendalian massa oleh aparat. Gas ini sering disebut sebagai "alat non-mematikan" yang hanya menimbulkan efek sementara pada manusia: mata perih, tenggorokan sakit, sesak napas, dan kulit terbakar yang umumnya dianggap akan pulih dalam hitungan jam. Namun, apakah dampaknya benar-benar berhenti setelah asap menghilang dan kerumunan perlahan membubarkan diri? Jawabannya jelas: tidak.
Yang jarang disadari banyak orang adalah bahwa penggunaan gas air mata tidak hanya meninggalkan dampak jangka pendek pada manusia, tetapi juga memberikan efek serius dan berkepanjangan terhadap lingkungan. Partikel-partikel kimia yang terkandung dalam gas air mata tidak serta merta hilang begitu saja setelah digunakan. Zat-zat kimia ini mengendap di tanah, terserap ke dalam sumber air, menempel pada tumbuhan, dan bahkan dapat terakumulasi dalam rantai makanan.
Dampaknya terhadap ekosistem sekitar. Udara menjadi tercemar tidak hanya selama asap gas air mata masih membumbung tinggi dikalangan para demonstran, tetapi partikelnya dapat kembali terangkat oleh angin dan berbagai aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Tanah kehilangan kesuburannya karena mikroorganisme yang penting menjadi mati akibat paparan bahan kimia beracun. Sumber air terancam kontaminasi yang membahayakan biota akuatik dan berpotensi mencemari air minum masyarakat. Hewan peliharaan dan satwa liar menjadi korban yang tidak bersalah melalui paparan langsung maupun tidak langsung.
Efek ini tidak selalu terlihat secara kasat mata, tetapi dapat bertahan selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, mengganggu keseimbangan ekosistem secara keseluruhan dan berpotensi menimbulkan dampak kesehatan jangka panjang bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi kejadian. Oleh karena itu, pemahaman tentang dampak lingkungan dari gas air mata menjadi sangat penting untuk mengembangkan protokol penanganan yang tepat dan meminimalisir kerusakan ekologis yang mungkin terjadi.
Apa Itu Gas Air Mata?
Sebelum membahas dampaknya, kita perlu memahami dulu: sebenarnya gas air mata itu apa?
Istilah ini bisa menyesatkan. Gas air mata bukanlah gas dalam arti murni, melainkan aerosol padat. Ia terdiri dari partikel-partikel kimia mikroskopis yang tersebar di udara melalui granat, tabung (canister), atau semprotan. Dalam bentuk aslinya, senyawa ini berupa bubuk kristal putih. Jenis yang paling sering digunakan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, adalah:
1. CS (Chlorobenzylidene Malononitrile)
Dikembangkan pada 1920-an, CS adalah jenis iritan yang paling umum dipakai aparat. Efeknya cepat terasa: mata perih, sesak dada, batuk, bahkan muntah.
2. CN (Chloroacetophenone)
Jenis ini lebih tua dan lebih berbahaya daripada CS. CN adalah bahan aktif dalam produk seperti Mace. Risiko kerusakannya pada sel lebih tinggi.
3. OC (Oleoresin Capsicum)
Ini adalah ekstrak cabai, lebih dikenal dengan sebutan semprotan merica. Walau berasal dari bahan alami, bentuk yang digunakan untuk pengendalian massa tetap berbahaya.
Cara kerjanya: ketika tabung atau granat gas air mata ditembakkan, senyawa ini dipanaskan dan berubah menjadi awan partikel halus. Sebagian asapnya terhirup oleh manusia yang ada disekitarnya, tetapi sebagian besar jatuh dan menempel pada tanah, daun, air, dan permukaan lainnya. Inilah awal dari masalah lingkungan yang jarang disadari.
Mengapa Gas Air Mata Berbahaya untuk Lingkungan?
Penggunaan Gas Air Mata sering dianggap selesai ketika asap menghilang. Padahal, sisa-sisa senyawanya bisa menetap dan menyebar ke berbagai media lingkungan. Dampaknya bukan hanya pada saat kejadian, tetapi juga jangka panjang. Berikut penjelasannya:
- Pencemaran Udara
Selama gas air mata masih ada di udara, siapa pun yang berada di sekitar lokasi bisa menghirup partikel halusnyabukan hanya demonstran, tetapi juga warga sekitar, termasuk anak-anak, lansia, dan para penderita penyakit paru-paru. Efek jangka pendeknya sudah jelas yang dapat dilihat dan dirasakan oleh para peserta aksi unjuk rasa, seperti iritasi, batuk, dan sesak. Tetapi bagaimana dengan jangka panjang? Beberapa penelitian menunjukkan paparan berulang dari Gas Air Mata dapat memicu radang paru-paru dan memperburuk penyakit pernapasan kronis.
Yang lebih mengkhawatirkan, partikel gas air mata yang sudah jatuh ke tanah bisa terangkat kembali oleh angin atau lalu lintas. Artinya, risiko paparan bisa terjadi lagi meskipun aksi sudah berakhir. Bahkan, menurut jurnal Hong Kong Medical Journal (2020), tenaga kesehatan yang merawat pasien terkena gas air mata juga bisa terpapar residu bahan kimia ini melalui pakaian atau kulit pasien. Artinya, efeknya meluas hingga ke rumah sakit. - Kontaminasi Tanah
Setelah partikel Gas Air Mata jatuh, tanah menjadi “penampung” utama residunya. Senyawa CS, misalnya, tidak mudah terurai meskipun sudah jatuh dan mengendap di dalam tanah. Di tanah yang lembap dan hangat, ia bisa bertahan beberapa minggu. Namun, sebalikanya jika dalam kondisi kering, bahkan bisa berbulan-bulan hingga lebih dari setahun. Dampak lanjutannya adalah seperti berikut:
- Mengganggu aktivitas mikroorganisme yang ada di dalam tanah
Mikroba di tanah berperan penting dalam menjaga kesuburan dan siklus nutrisi. Paparan CS dosis tinggi dapat membunuh mikroba, sehingga tanah menjadi kurang subur.
- Masuk ke dalam tanaman
Tanaman dapat menyerap bahan kimia ini melalui akarnya. Walau riset pada tanaman pangan masih terbatas, potensi masuknya ke rantai makanan tetap ada. Ini bisa jadi masalah serius jika tidak dikendalikan. - Pencemaran Air
Ini adalah jalur pencemaran paling berbahaya. Mengapa? Karena begitu hujan turun, residu gas air mata bisa **terbawa aliran air** dan masuk ke sungai, danau, atau bahkan saluran air minum. Senyawa CS memang sulit larut dalam air, tetapi ia bisa mengendap di sedimen. Studi menunjukkan senyawa ini beracun bagi ekosistem yang berada di dalam perairan. Pada konsentrasi tertentu, CS bisa menyebabkan kematian massal ikan, merusak insang, dan mengganggu saraf. Lebih parah lagi, senyawa berklorin seperti CS dan CN bisa bereaksi dengan bahan lain di air dan membentuk senyawa baru yang lebih beracun. Jika air tersebut digunakan untuk minum, risikonya akan langsung berdampak pada manusia. - Dampak pada Flora dan Fauna
Dampak dari Gas Air Mata tidak hanya berdampak ke sumber daya manusia saja, tetapi juga ke sumber daya alam juga.
- Tumbuhan
Daun yang terkena partikel gas air mata bisa mengalami nekrosis (kematian jaringan), sehingga menghambat fotosintesis. Tanaman hias atau pepohonan di sekitar lokasi demonstrasi sering menjadi korban “diam”.
- Hewan
Hewan peliharaan dan satwa liar tidak punya perlindungan. Mereka bisa mengalami iritasi parah pada kulit dan mata. Yang lebih berbahaya, hewan cenderung menjilati bulu atau tanah yang terkontaminasi, sehingga racun masuk ke tubuh mereka. Akibatnya bisa fatal, mulai dari gangguan pencernaan hingga kematian. Burung juga sangat rentan karena sistem pernapasan mereka yang sangat sensitif.
Dari Gas Air Mata Menjadi Sumber Polusi Lingkungan
Gas air mata bukan hanya masalah HAM atau kesehatan manusia. Ini adalah masalah lingkungan yang dampaknya luas dan bisa berlangsung lama. Setelah asap hilang, residunya tetap ada di tanah, air, dan udara.
Jika tidak diatasi, ini bisa memicu masalah baru:
· Kematian satwa dan gangguan ekosistem
· Risiko bahan kimia masuk ke rantai makanan
Dalam menghadapi masalah seperti ini, kita butuh solusi berbasis sains. INTILAB, sebagai laboratorium pengujian lingkungan terpercaya, memiliki peran besar untuk:
· Menguji kualitas air setelah insiden penggunaan gas air mata
· Menganalisis sampel tanah untuk mendeteksi kandungan bahan kimia berbahaya
· Melakukan uji toksisitas untuk memastikan keamanan ekosistem
Data dari pengujian ini sangat penting untuk pengambilan keputusan:
Apakah area perlu dibersihkan?
Apakah air masih aman untuk dikonsumsi?
Apakah ada risiko untuk tanaman dan hewan?
Tanpa data ini, kita hanya menebak-nebak. Dengan data ilmiah, langkah pembersihan dan mitigasi bisa lebih tepat sasaran.
Gas air mata sering dilihat sebagai solusi “aman” untuk mengendalikan massa, tapi kenyataannya ia adalah sumber polusi kimia. Dampaknya terhadap udara, tanah, air, dan makhluk hidup nyata dan bertahan lama. Kita perlu mengubah cara pandang: setiap kali gas air mata ditembakkan, bukan hanya manusia yang jadi korban, tapi juga lingkungan. Karena itu, peran laboratorium pengujian seperti INTILAB sangat penting. Dengan analisis berbasis data, kita bisa mengurangi risiko, melindungi lingkungan, dan memastikan ekosistem tetap sehat untuk generasi mendatang.
Referensi:
Health risks of exposure to CS gas (tear gas): an update for healthcare practitioners in Hong Kong. (2020). Hong Kong Medical Journal, 26(2), 151–153. (https://doi.org/10.12809/hkmj198145)
Terbaru

Kelebihan dan Kekurangan Program Fortifikasi Makanan di Indonesia
mengupas secara komprehensif berbagai aspek program fortifikasi makanan di Indonesia, menyajikan arg...
Selengkapnya
Apa Itu Hujan Asam? Kenali Penyebab, Dampak, Dan Solusi Bagi Lingkungan Hidup
Hujan asam terjadi ketika kandungan zat kimia berbahaya di udara, seperti sulfur dioksida (SO₂) da...
Selengkapnya
8 Tanaman Hias Loveable Dengan Warna Brave Pink Green Hero, Percantik Halaman Sambil Jaga Lingkungan
Warna tanaman hias begitu beragam dan unik, mengundang rasa ingin memiliki. Dari hanya percampuran d...
Selengkapnya
Mengenal Environmental Baseline Study (EBS) Untuk Industri Ramah Lingkungan
Dengan mengintegrasikan teknologi hijau, efisiensi energi, serta pengelolaan limbah yang tepat, indu...
Selengkapnya
Apa Itu Fortifikasi Makanan? Mengenal Zat Tambahan Makanan Dan Manfaatnya Untuk Tubuh
9 Dari 10 Ahli Setuju! Fortifikasi Makanan Memberikan Manfaat Luar Biasa Bagi Tubuh- Yuk Kenali Jeni...
Selengkapnya
Rahasia Gaya Hidup Sehat dengan Secangkir Teh
Di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat dan konsumsi pangan ala...
Selengkapnya
Hobi Makan Seafood? Waspadai Mikroplastik Yang Mengintai!Hobi Makan Seafood? Waspadai Mikroplastik Yang Mengintai!
Pentingnya kesadaran akan keberadaan mikroplastik dalam seafood yang dikonsumsi sehari-hari. Berikut...
Selengkapnya
Makanan Cepat Saji Cepat Basi? Ini Penyebab dan Tips Aman Mengonsumsinya
Makanan cepat saji atau fast food dikenal praktis dan mudah dinikmati, tetapi memiliki daya simpan y...
Selengkapnya
Peran Beras Fortifikasi Untuk Mencegah Stunting Di Indonesia
Kupas tuntas peran, manfaat, dan potensi beras yang diperkaya dengan vitamin dan mineral ini dalam ...
Selengkapnya
Tantangan Dan Strategi Fortifikasi Makanan di Indonesia Untuk Gizi yang Lebih Baik
Fortifikasi adalah proses menambahkan zat gizi mikro penting seperti zat besi, yodium, vitamin A, zi...
Selengkapnya
Waspada Bakteri E.Coli Dari Maraknya Kasus Keracunan Makanan
Keracunan makanan, sebuah ancaman kesehatan yang sering kali diremehkan, menjadi perhatian serius be...
Selengkapnya
Dampak Gas Air Mata, Ancaman Nyata Untuk Lingkungan
Dampak gas air mata yang selama ini dianggap hanya berpengaruh sementara pada manusia, tetapi ternya...
Selengkapnya
Dampak Polusi Udara Terhadap Kesehatan Manusia Dan Lingkungan
Indonesia menempati peringkat ke-15 dunia untuk polusi udara. Artikel ini mengupas tuntas penyebab, ...
Selengkapnya
Mengenal Lebih Dekat Bakteri Coliform , Indikator Kebersihan Air dan Makanan
Coliform adalah kelompok bakteri yang biasanya digunakan sebagai indikator apakah air atau makanan s...
Selengkapnya